Rabu, 14 Agustus 2013

GURU HEBAT DALAM "CHARACTER BUILDING SYSTEM" II

1. Tidak mengubah pendekatan


Terlepas apakah guru sudah sertifikasi atau belum, profesional atau tidak, baru atau lama, junior atau senior, bawahan atau atasan, mereka tetaplah manusia yang butuh pengetahuan dan pembelajaran yang tidak hanya berbekal dari pendidikan formal di bangku kuliah saja. Melainkan perlu banyak pertimbangan rasional untuk merencanakan program pendidikan yang lebih maksimal dengan banyak belajar ilmu-ilmu yang dibutuhkan dalam mengajar.

Jika hal tersebut kurang dilaksanakan dapat menyebabkan pada pendekatan (cara) yang digunakan masih sebatas cara lama atau Istilahnya konvensional. 

Cara konvensional ini kurang memenuhi standart untuk setiap pelajar dikarenakan setiap anak berbeda artinya memiliki pola berfikir dan tujuan sendiri dari apa yang mereka lakukan. Jika seorang guru mengajar kemudian salah satu siswanya bosan maka hal tersebut mendandakan pengajaran yang dismpaikan tidak sesuai dengan keinginan dia yang membuat pelajar menjadi malas dan tidak mencetak prestasi yang bagus.

Misalnya dalam sebuah kasus seorang guru menasehati siswanya tetapi tidak didengarkan atau tidak berefek sama sekali, maka hal demikian ini dapat diperkirakan bahwasannya anak hanya menganggap nasihat tersebut bukan solusi bagi dirinya. Meskipun pada dasarnya nasihat yang disampaikan benar-benar baik untuk kebaikan si pelajar tersebut. 

Kasus seperti ini sering dijumpai di berbagai sekolah swasta maupun negeri, sampai pada dilingkungan keluarganya. Tetapi ironisnya, jika sebuah usaha berupa nasihat atau pendidikan pengajaran sudah tidak memiliki efek yang diharapkan pada pelajar kenapa masih tetap diberlakukan cara seperti itu? ini hanya membuat gagal lagi dan kecewa lagi. Ada kemungkinan berhasil dengan cara yang sama terus namun prosesnya sangat lama dan juga membutuhkan usaha keras bahkan tidak jarang dengan paksaan, kekerasan dan ancaman (nilai anjlok, tidak naik kelas, dikeluarkan, dsb). Fenomena ini tidak lain dikarenakan pak guru dan ibu guru sudah jengkel dengan siswanya. 

Usaha yang paling direkomendasikan untuk mendekatkan kepada keberhasilan mendidik dan mengajar ialah harus MENGUBAH PENDEKATAN lama. Jika pengajaran di dalam kelas sudah tidak dihiraukan lagi maka siswa seperti itu tidak harus dikasih pengajaran, itu sia-sia saja. Namun, harus diberi pendekatan khusus untuk memahami pribadi si pelajar tersebut. Di sini perlunya sang guru hebat memahami pola pikir siswa, karakter, basic lingkungannya, dan masalah pribadinya. 

Dengan berbekal memhami kondisi psikis pelajar ini maka berangsur guru mengerti dan memahami dibalik perbuatan siswanya, serta konsep dan jalan pikiran yang ada dalam diri pelajar. Aspek ini akan sangat membantu untuk mendapatkan metode khusus yang tepat untuk seorang siswa. Usaha seperti ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan namun secara edukasi harus tetap dilaksanakan karena ada satu prinsip yang bagi saya sangat bagus yaitu “jika suatu cara diterapkan tidak berhasil maka harus menggunakan cara lain” alias harus fleksibel. Pentingnya prinsip FLEKSIBELITAS ini harus diterapkan untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. 

Fleksibel adalah sikap yang amat diperlukan di saat menemui kendala yang belum berhasil dipecahkan. Fleksibel merupakan kreativitas manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Jika cara satu tidak berhasil tetapi tidak fleksibel menggunakan cara lain yang lebih mendekatkan kepada keberhasilan maka hal itu seperti “lalat” yang terus menabrak kaca sampai ia lelah yang berharap bisa keluar dari cendela. Lalat yang ingin keluar dari cendela kaca akan terus menabrak-nabrak kaca cendela sampai capek akhirnya berhenti, padahal jika ia mau sedikit “berfikir” untuk melihat jalan lain pastinya ada jalan untuk keluar. 

Seperti itulah cara yang digunakan kebanyakan orang, bahkan menurut Albert Einstein menyatakan bahwa “orang yang terus menggunakan cara sama untuk hasil yang berbeda adalah orang gila” ia memaksakan satu cara untuk mendapatkan hasil-hasil yang lebih besar maka usahanya akan sia-sia saja. 

Pertanyaannya?
Kenapa seseorang itu terkadang hanya menggunakan satu cara? padahal masih ada cara lain yang bahkan lebih efektif? jawabannya karena ia tidak mengupdet wawasannya.

2. Tidak mengupdate wawasan
Tanpa disadari Banyak orang beranggapan bahwa “cara satu” bisa menghasilkan hasil yang berbeda padahal ia bisa mengetahui, merasakan dan melihatnya bahwa sering cara satu tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Perlunya belajar lagi untuk mencari wawasan atau pengalaman yang lebih luas tidak ia gunakan, Akhirnya ia hanya menggunakan satu cara untuk mendapatkan hasil yang ia inginkan. tetapi tidak jarang hasil yang di dapatkan hanyalah kekecewaan. 

Hal tersebut, karena ia kurang didukung dengan wawasan yang diperlukan sebab tidak mencari wawasan untuk mendapatkan metode yang diharapkan lebih membantunya untuk mendekatkan kepada keberhasilan di dalam mendidik. Orang-orang semacam ini hanya mengandalkan cara satu yang ia ketahui dari orang-orang yang sama menerapkan cara satu seperti itu. Mungkin cara satu, misal hanya dengan menasehati, sudah cukup berhasil membuat si anak sadar dengan kelakuannya yang salah tetapi tingkat keberhasilannya akan akurat jika hanya diterapkan pada anak atau siswa yang memang sudah terarah kebiasaan hidupnya. Namun, bagaimana dengan anak atau siswa yang super nakal? Menasehati tidaklah mempan bagi mereka. Bahkan mereka cuek saja atau malah menjadi-jadi.

Di ancam dengan cara nilai jelek, tidak naik kelas bahkan dikeluarkan mungkin adalah cara yang biasanya dipakai. Namun, justru dengan cara yang satu ini menandakan “tidak berhasil mendidik”. Akhirnya jika sang “guru hebat” tidak mengapdet wawasan yang ia butuhkan maka iapun tidak mengubah sikap dan cara pandangnya di dalam mendidik.

BERSAMBUNG LANJUT DI SINI

0 comments:

Posting Komentar

Tuangkan kritik dan saran Anda di sini !

Popular Posts